MANUSIADAN PANDANGAN HIDUP Faktor yang mempengaruhi tingkah laku seseorang: 1. Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan hal yang diturunkan oleh orang tua. Tetapi mengapa mereka yang saudara sekandung tidak memiliki pembawaan yang sama.
Interaksi manusia merupakan akibat dari salah satu sifat asli manusia sebagai makhluk sosial, atau biasa disebut sebagai zoon politicon Warsah & Daheri, 2021, hlm. 181. Sebagai makhluk individual, manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri. Namun, sebagai makhluk sosial, manusia mempunya dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Karena dorongan sosial inilah, manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan interaksi sosial. Selain itu, manusia juga merupakan dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, yang terikat oleh hukum-hukum alam. Hal tersebut juga menciptakan interaksi manusia dengan lingkungan hidup. Sebagai makhluk hidup, manusia merupakan makhluk yang dinamis dalam arti bahwa manusia dapat mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat interaksi dengan lingkungan hidup. Perilaku manusia dapat berubah dari waktu ke waktu. Dengan demikian interaksi manusia dan lingkungan baik itu lingkungan sosial atau lingkungan hidup adalah hal yang tidak terelakan baik secara intrinsik maupun ekstrinsik. Berikut adalah berbagai kumpulan literasi mengenai interaksi manusia dengan lingkungannya. Pengertian Interaksi Sebagai makhluk sosial dan tidak dapat hidup tanpa alam, manusia secara alami akan mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain dan lingkungan alam. Namun tentunya interaksi tersebut tidak selalu berjalan mulus. Sebagian orang dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain, sementara itu sebagian mengalami kesulitan. Dengan demikian, interaksi merupakan hal yang dipelajari dalam kehidupan. Seseorang dengan umur yang lebih matang cenderung dapat melakukan interaksi dengan lebih baik dari pada yang masih muda. Oleh karena itu, interaksi juga merupakan suatu proses. Selain itu, ada yang baik dan ada yang buruk juga dalam interaksi seseorang. Hal demikian juga menunjukkan bahwa interaksi merupakan suatu kemampuan yang dipelajari. Interaksi merupakan suatu keterampilan, sesuatu sebagai hasil belajar. Salah satu hukum dalam belajar adalah mengenai latihan, pembiasaan atau conditioning. Oleh karena itu, agar mendapatkan keterampilan dalam berinteraksi, kita memerlukan adanya latihan. Orang yang kurang latihan dalam berinteraksi dapat dipastikan kurang terampil dalam berinteraksi. Dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian diri di sini dalam arti yang luas yaitu bahwa individu dapat meleburkan diri dengan keadaan di sekitarnya, atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan. Dapat disimpulkan bahwa interaksi adalah suatu proses melakukan hubungan dengan orang lain, lingkungan alam, maupun hal-hal lain yang menjadi sifat dasar dan kebutuhan manusia baik itu dengan cara berkembang melalui belajar maupun adaptasi untuk mencapai keadaan diri individu yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, manusia akan senantiasa mengalami perkembangan, memiliki faktor internal yang memengaruhi interaksinya, dan berhubungan langsung dengan lingkungannya. Faktor-faktor tersebut merupakan inti dari proses interaksi manusia dengan lingkungannya. Berikut adalah pemaparan-pemaparannya. Perkembangan Manusia Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, dalam suatu proses interaksi manusia senantiasa berkembang agar mampu melakukannya. Perkembangan manusia ini amatlah menentukan bagaimana seorang individu mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial maupun alam. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan, baik itu dalam segi fisiologis maupun psikologis. Terdapat banyak teori yang membahas mengenai manusia dan perkembangannya. Beberapa teori-teori perkembangan manusia tersebut di antaranya adalah sebagai berikut. Teori Perkembangan Nativisme Teori Nativisme menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu sejak dilahirkan Saleh, 2018, hlm. 144. Menurut teori ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat inilah yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu lingkungan, termasuk di dalamnya pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Schopenhouer Bigot, dkk.,1950 dalam Saleh, 2018, hlm. 144. Teori ini berpandangan bahwa seakan-akan manusia ditentukan oleh sifat sebelumnya, tidak dapat diubah, sangat tergantung pada sifat yang diturunkan dari orang tuanya. Dengan kata lain teori ini juga mengemukakan bahwa setiap manusia yang dilahirkan dibekali membawa bakat-bakat, baik yang berasal dari orang tuanya, nenek moyang atau jenisnya. Apabila pembawaannya itu baik maka akan baik pula anaki itu kelak, demikian juga sebaliknya. Teori Perkembangan Empirisme Teori empirisme berpandangan bahwa perkembangan individu akan ditentukan oleh empirisnya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu Saleh, 2018, hlm. 146. Pengalaman yang dimaksud dapat juga berupa pendidikan yang diterima oleh individu. Menurut teori ini individu yang dilahirkan dianggap sebagai kertas putih bersih yang belum ditulis, dan perkembangan individu adalah proses penulisannya. Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke, juga sering dikenal dengan teori tabularasa yang berarti buku kosong atau lembaran kertas putih yang dapat diisi oleh apa pun dan siapa pun. Dengan demikian teori empirisme adalah teori yang memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan dan membuatnya menjadi kebalikan atau lawan dari teori nativisme. Selain dipengaruhi oleh orang lain dan pendidikan, teori perkembangan empirisme juga menekankan bahwa lingkungan juga dapat mengisi lembaran kosong seseorang. Lingkungan yang mempengaruhi tingkah-laku terdiri dari lima aspek, yaitu geografis, historis, sosiologis, kultiral dan psikologis Mahmud, 1984 dalam Saleh, 2021, hlm. 148. Lingkungan geografis disebut juga lingkungan alamiah, yaitu lingkungan yang ditentukan oleh letak wilayah seperti di dataran, pegunugan, dan pesisir pantai; kondisi iklim seperti panas di gurun sahara, tropis, seddang, dan salju; sumber penghasilan seperti wilayah industry, pertanian, pertambangan, dan perminyakan. Lingkungan historis yaitu lingkungan yang ditentukan oleh ciri suatu masa atau era dengan segala perkembangan peradabannya. Misalnya masa klasik, masa kemunduran, masa pencerahan, masa modern, era industri dan sebagainya. Lingkungan sosiologis adalah lingkungan yang ditentukan oleh hubungan antar individu dalam suatu komunitas sosial. Hubungan ini selalu dikaitkan dengan tradisi, nilai-nilai, perpaturan dan undang-undang. Lingkungan kultural, adalah lingkungan yang ditentukan oleh kultur suatu masyarakat. Kultur ini meliputi cara berpikir, bertindak, berperasaan, dan sebagainya. Lingkungan psikologis adalah lingkungan yang ditentukan oleh kondisi kejiwaan, seperti kondisi rasa tanggung jawab, toleransi, kesadaran, kemerdekaan, keamanan, kesejahteraan dan sebagainya Saleh, 2018, hlm. 147-148. Teori Konvergensi Teori konvergensi merupakan teori gabungan konvergensi dari nativisme dan empirisme yang dikemukakan oleh William Stern yang beranggapan bahwa pembawaan lahir, pengalaman, maupun lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu Saleh, 2018, hlm. 150. Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang di bawa sejak lahir faktor endogen maupun faktor lingkungan termasuk pengalaman dan pendidikan yang merupakan faktor eksogen. Penelitian dari W. Stern memberikan bukti tentang kebenaran dari teorinya, dan dapat diterima oleh para ahli pada umumnya, sehingga teori yang dikemukakan oleh W. Stern merupakan salah satu hukum perkembangan individu di samping adanya hukum-hukum perkembangan yang lain. Golongan ini muncul karena melihat kedua pendapat Nativisme dan Empirisme di atas yang saling bertentangan dan keduanya berada pada garis yang ekstrim, dan banyak mempunyai kelemahan-kelemahan jika dihadapkan dengan realitas yang ada terlebih lagi pada abad modern. Faktor Endogen Faktor endogen adalah faktor yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga akhirnya dilahirkan Saleh, 2018, hlm. 156. Endogen sering disebut juga sebagai faktor faktor keturunan atau faktor pembawaan. Faktor ini terjadi sebagai akibat dari bertemunya ovum dari ibu dan sperma dari ayah sehingga faktor endogen yang dibawa oleh individu itu mempunyai sifat-sifat seperti orang tuanya. Kenyataan menunjukkan bahwa saat individu dilahirkan, telah ada sifat-sifat jasmaniah yang diturunkan oleh orangtua kepada anaknya, misalnya karena orangtuanya berkulit putih, maka individu yang dilahirkannya pun memiliki kulit putih. Warna rambut juga sangat bervariasi tergantung dari faktor keturunannya, baik itu warna hitam, merah, cokelat, atau pirang. Individu juga mempunyai pembawaan-pembawaan yang berhubungan dengan sifat-sifat kejasmanian dan tempramen, maka individu masih mempunyai sifat-sifat pembawaan yang berupa bakat. Bakat bukan merupakan satu-satunya faktor yang dibawa individu sewaktu dilahirkan, melainkan hanya merupakan salah satu faktor yang dibawa sewaktu dilahirkan. Di samping itu, individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan psikologis yang erat hubungannya dengan keadaan jasmani yaitu temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat pembawaan yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologis seperti darah, kelenjar-kelenjar, cairan-cairan lain, yang terdapat dalam diri manusia. Faktor Eksogen Faktor eksogen merupakan yang datang dari luar diri individu, merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan Saleh, 2018, hlm. 157. Pengaruh pendidikan dan lingkungan sekitar itu sebenarnya terdapat perbedaan. Pada umumnya pengaruh lingkungan bersifat pasif, dalam arti bahwa lingkungan tidak memberikan suatu paksaan kepada individu. Lingkungan memberikan kesempatan-kesempatan kepada individu, bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang diberikan oleh lingkungan tergantung kepada individu. Tidak demikian halnya dengan pendidikan. Pendidikan dijalankan dengan penuh kesadaran dan dengan secara sistematis untuk mengembangkan sistematis untuk mengembangkan potensi-potensi ataupun yang ada pada individu sesuai dengan cita-cita atau tujuan pendidikan. Hubungan Manusia dengan Lingkungannya Pada teori konvergensi disebutkan bahwa lingkungan memiliki peranan penting dalam perkembangan jiwa manusia. Lingkungan tersebut terbagi dalam beberapa kategori yaitu Lingkungan fisik, berupa alam seperti keadaan alam atau keadaan tanah serta musim; Lingkungan sosial, berupa lingkungan tempat individu berinteraksi. Lingkungan sosial dibedakan dalam dua bentuk, yakni lingkungan sosial primer dan sekunder. Lingkungan sosial primer adalah lingkungan yang anggotanya saling kenal, sementara itu lingkungan sosial sekunder adalah lingkungan yang hubungan antara anggotanya bersifat longgar. Hubungan individu dengan lingkungannya juga memiliki hubungan timbal balik lingkungan mempengaruhi individu dan individu mempengaruhi lingkungan. Sikap individu terhadap lingkungan dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu Individu menolak lingkungan jika tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu; Individu menerima lingkungan jika sesuai dengan yang ada dalam diri individu; Individu bersikap netral atau berstatus. Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya Warsah & Daheri, 2021, hlm. 182. Artinya, terdapat hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain atau sebaliknya. Saat dialami, interaksi sosial terasa sederhana, kenyataannya interaksi sosial merupakan suatu proses yang kompleks. Oleh karena itu terdapat beragam faktor yang dapat mempengaruhi interaksi sosial yang di antaranya adalah sebagai berikut. Faktor Imitasi Gabrile Tarde berpendapat bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan faktor imitasi saja. Meskipun terdengar sebagai pernyataan yang berat sebelah, kenyataannya faktor imitasi adalah faktor yang kuat dalam mempengaruhi interaksi sosial. Misalnya, jika kita mengamati bagaimana seorang anak belajar berbicara. Mula-mula, ia seakan-akan mengimitasi dirinya sendiri, ia mengulang-ulang bunyi kata tertentu hingga mulai meniru perkataan orangtuanya. Faktor Sugesti Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya. sedangkan pada sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain di luarnya. Sugesti dalam psikolgi sosial dapat kita rumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu Walgito, 2010 dalam Warsah & Daheri, 2021, hlm. 185. Faktor Identifikasi Faktor lain yang memegang peranan dalam interaksi sosial ialah faktor identifikasi. Identifikasi adalah suatu istilah yang dikemukakan oleh Freud, seorang tokoh dalam psikologi dalam, khususnya dalam psikoanalisis. Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik sama dengan orang lain. Dalam garis besar hal ini dapat ditempuh dengan dua cara, pertama dari pendidikan, anak mempelajari dan menerima norma-norma sosial itu karena orang tua dengan sengaja mendidiknya. Kedua dalam proses identifikasi ini seluruh norma-norma, cita-cita, sikap dan sebagainya dari orang tua sedapat mungkin dijadikan norma-norma, sikap-sikap dan sebagainya itu dari anak sendiri, dan anak menggunakan hal tersebut dalam perilaku sehari-hari. Faktor SimpatiSimpati merupakan perasaan rasa tertarik kepada orang lain. Oleh karena simpati merupakan perasaan, maka simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan atas dasar perasaan atau emosi. Dalam simpati orang merasa tertarik kepada orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya, apa sebabnya merasa tertarik sering tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut. Di samping individu mempunyai kecenderungan tertarik pada orang lain, individu juga mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain, ini yang sering disebut antipati. Interaksi Manusia dengan Alam Interaksi manusia dengan lingkungan alam atau lingkungan hidup adalah interaksi manusia dengan segala sesuatu yang ada di sekitar kita, baik berupa benda hidup maupun benda mati, benda abstrak maupun benda nyata termasuk manusia lainnya serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi di antara elemen-elemen alam tersebut. Dari definisi tersebut tampak bahwa lingkungan hidup atau lingkungan alam ini sangatlah luas pengertiannya. Untuk mengerucutkannya kita dapat membaginya menjadi beberapa kelompok utama lingkungan yang terdiri atas lingkungan hidup biotik dan tak hidup abiotik LIngkungan alamiah dan Buatan manusia Lingkungan Prenatal, dan Postnatal Lingkungan Biofisis dan Psikososial Hubungan manusia dengan alam ini juga telah memercikan banyak dialog dan pendapat dari para ahli yang beragam. Beberapa teori atau paham yang hingga kini menjadi pusat dialog utama mengenai hubungan manusia dengan alam adalah sebagai berikut. Paham Determinisme Charles Darwin dalam teori evolusinya berpendapat bahwa makhluk hidup secara berkesinambungan mengalami perkembangan yang dipengaruhi oleh alam. Selanjutnya menurut Ratzel, perkembangan populasi dan budaya berkembang ditentukan oleh kondisi alam pula. Elsworth Huntingon menyatakan iklim juga sangat menentukan perkembangan kebudayaan manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dan perilakunya sangat ditentukan oleh alam, dan inilah narasi utama dari paham determinisme. Paham Posibilisme Sementara itu paham posibilisme menyatakan bahwa alam tidak terlalu berpengaruh terhadap kehidupan karena posibilitas memiliki alamlah yang didapatkan manusia. Manusia dapat mengontrol alam sesuai dengan kehendaknya. Paham Optimisme Teknologi Menurut paham ini, teknologi adalah tulang punggung pembangunan. Sebagai akibat dari kemajuan tekonlogilah kita dapat menguak berbagai rahasia alam untuk dimanfaatkan menjadi kesejahteraan manusia. Paham Keyakinan Tuhan Alam dan seisinya diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa dengan dibantu IPTEK disertai pemeliharaannya oleh manusia. Referensi Saleh, 2018. Pengantar psikologi. Makassar Penerbit Aksara Timur. Warsah, I., Daheri, M. 2021. Psikologi suatu pengantar. Yogyakarta Tunas Gemilang Press.
Faktorpembawaan (herditas), merupakan factor yang mempengaruhi perilaku individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik yang dimiliki individu sejak konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan pihak orang tua melalui gen-gen.
TANYADok, apa sajakah yang bisa membentuk kepribadian seseorang? Apakah lebih dipengaruhi oleh bawaan atau pengaruh lingkungan? Mungkinkah kepribadian seseorang diubah, misalnya saja orang yang tadinya suka berbohong lalu bisa menjadi orang yang jujur jika ia berada di lingkungan yang baik? Terima kasih penjelasannya. Maulana 23, Madiun JAWABHalo Maulana yang baik,Kepribadian merupakan karakteristik seseorang yang membedakan satu orang dengan orang lain. Kepribadian meliputi karakteristik cara berpikir, berperilaku dan perasaan mental emosional orang tersebut. Penelitian mengatakan bahwa kepribadian dibentuk dari berbagai macam faktor baik genetik maupun lingkungan. Kita bisa melihat adanya perbedaan karakter kepribadian antara satu orang dengan orang yang lain walaupun orang tersebut lahir dari ibu dan tinggal di keluarga yang sama. Faktor genetik dianggap mempunyai pengaruh terhadap karakteristik kepribadian tertentu yang kemudian dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan termasuk pola asuh dalam keluarga. Kepribadian mencapai kematangan pada usia 18 tahun secara teoritis, artinya setelah usia ini kepribadian dasar tidak akan banyak berubah kecuali dengan suatu terapi yang intensif dan ada kesadaran dari orang tersebut. Lingkungan tentunya akan mempengaruhi karakteristik kepribadian juga. Itulah mengapa disarankan kita mendapatkan untuk mengambil sesuatu yang positif di lingkungan kita, lingkungan kita juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan kepribadian kita ke depannya. Bergaulah dengan orang yang baik maka kita akan menjadi baik dan begitu juga sebaliknya. Selama masih muda dan berkembang otaknya maka seseorang mungkin untuk berubah. Jadi jangan takut untuk berubah ke arah yang lebih baik lagi. Salam Sehat Jiwa Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Olehkarena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawah sejak lahir. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Filsafat negara 2. Agama 3. Sosial 4. Budaya 5. Ekonomi 6. Politik 7. Demografi Ketujuh faktor tersebut merupakan suprasistem dari sistem pendidikan.
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Anak Berbakat dalam Perspektif Pendidikan Islam Bakat berkembang sebagai hasil interaksi dari faktor yang bersumber dari dalam individu dan dari lingkungannya. Apabila kedua faktor tersebut bersifat saling mendukung maka bakat yang akan dapat berkembang secara optimal. Faktor endogen adalah “Faktor pembawaan atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran.”[26] Jadi faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Oleh karena itu pada individu tersebut terjadi dari bertemuanya ovum dari ibunya dan sperma dari ayahnya, maka tidak heran bila faktor yang terbawa oleh seseorang individu sama dengan yang dialami oleh orang tuanya. Genitas manusia telah ada semenjak manusia itu lahir, jahat, baik, dan buruk semua telah ada, tinggal bergantung pada manusia itu sendiri, menumbuhkan baik atau yang jahat. Hal ini merupakan faktor pembawaan endogen. Abu Ahmadi dalam bukunya Psikologi Umum juga mengatakan hal yang senada, beliau mengatakan bahwa “endogen adalah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahirannya.”[27]. Maka tidaklah mengherankan kalau faktor endogen yang dibawa oleh individu itu mempunyai sifat-sifat seperti orang tuanya. Seperti pepatah indonesia “air di cucuran akhirnya jatuh ke pelimbahan juga.” Ini berarti bahwa keadaan atau sifat-sifat dari anak itu tidak meninggalkan sifat-sifat dari orang tuanya. Demikian pula gen ini merupakan satuan kimia yang diwariskan dalam kromosum yang dengan interaksi lingkungan mempengaruhi atau menetukan suatu individu. Demikian juga perpaduan antara bakat yang dibawa dari kelahiran serta pendidikan yang tepat merupakan cara yang paling tepat dalam proses pembentukan anak dalam masyarakat. Anak yang baru lahir selalu menuntut penyempurnaan dirinya, bahkan sejak ia dalam kandungan. Anak dalam kandungan melalui ibunya mengalami proses pematangan diri, baik fisik mental dan emosional. Hubungan batin antara ibu dan anak dalam kandungan terjalin sangat erat sekali. Kegoncangan emosional dan keterbatasan yang dilakukan ibu mempengaruhi perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan dalam arti kuantitatif maupun kualitatif dengan perantaraan ibu, anak dalam kandungan memenuhi tuntutan kejiwaannya untuk mencapai perkembangan tersebut. Begitu besarnya pengaruh ibu terhadap anak, sehingga pendidikan anak dapat dilakukan selama dalam kandungan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan “bahwa anak harus diberikan pendidikan sedini mungkin bahkan sejak kedua orang tuanya memasuki jenjang perkawinan, harus sudah mengklasifikasikan bagaimana anak yang akan mereka lahirkan nanti.”[28] Ketika suami isteri bergaul sudah diawali dengan do’a agar dengan do’a itu setan tidak ikut campur menurut ajaran Islam karena dalam tetes air suci ovum yang tersimpan dalam rahim isteri bukan terdiri dari bahan-bahan jasmaniah semata, tetapi juga mengandung benih watak dan tabiat calon anak. makanan ibu yang mengandung akan menjadi vitamin anak kelak. Demikian juga kelakuan ibu dan bapak akan menjadi vitamin jiwa calon anak. Anak yang dilahirkan ke dunia ini sebagai individu yang memiliki ciri dan bakat tertentu yang bersifat laten. Ciri-ciri dan bakat inilah yang akan membedakan dengan anak lainnya dalam lingkungan sosial. Lingkungan sosial di sini adalah lingkungan sosial masyarakat dalam arti yang luas. Faktor pembawaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya tidak dapat diubah. Bagaimana besar keinginan orang untuk mempunyai warna kulit yang putih bersih, hal ini tidak mungkin kalau karena faktor keturunan kulitnya berwarna coklat, demikian pula halnya dengan lainnya. Di samping itu individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan psikologik yang erat hubungannya dengan keadaan jasmani yaitu temperamen. “Temperamen merupakan sifat-sifat seseorang yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang berhubungan dengan fungsi-fungsi seperti darah, kelenjar, dan cairan-cairan lain yang terdapat dalam diri manusia”.[29] Temperamen berbeda dengan karakter atau watak, yang kadang-kadang kedua pengertian itu dipersamakan satu dengan yang lain. Karakter atau watak yaitu merupakan keseluruhan dari sifat seseorang yang nampak dalam perbuatannya sehari-hari, sebagai hasil pembawaan maupun lingkungan. Temperamen pada umumnya bersifat tidak konstan, dapat berubah-ubah sesuai dengan pengaruh lingkungan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Ahmadi adalah “pada individu ada bagian yang dapat berubah dan ada yang tidak dapat diubah. Yang tidak dapat berubah inilah yang lebih bersifat konstan yaitu yang berhubungan dengan temperamen. Agar potensi anak menjadi aktualisasi dibutuhkan kesempatan untuk dapat mengaktualisasi moral dan karakter anak, karena kemungkinan ada bakat yang tidak dapat berkembang atau tidak dapat beraktualisasi karena kesempatan tidak atau kurang memungkinkan. “Mengaktualisasi moral dan karakter anak diperlukan lingkungan yang baik, dan mendukung, disinilah letak peranan lingkungan dalam perkembangan tingkah laku anak. Karena itu langkah yang baik ialah memberi kesempatan untuk mengembangkan pendidikan tingkah laku anak”.[30] Faktor eksogen merupakan faktor yang datang dari luar diri individu, merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitarnya, pendidikan dan sebagainya, yang sering disebut dengan “milie.” Pengaruh pendidikan dan pengaruh lingkungan bersifat pasif, dalam arti bahwa lingkungan tidak memberikan suatu paksaan kepada individu. Lingkungan memberikan kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan kepada individu. Bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang diberikan oleh lingkungan tergantung kepada individu yang bersangkutan. Tidak demikian halnya dengan pendidikan, pendidikan dijalankan dengan penuh kesadaran dan dengan secara sistematik untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada individu sesuai dengan cita-cita atau tujuan pendidikan. Dengan demikian pendidikan itu bersifat aktif, penuh tangung jawab dan ingin mengarahkan perkembangan individu ke suatu tujuan tertentu. Sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat diingkari peranan lingkungan cukup besar pengaruhnya dalam perkembangan tingkah laku anak. Hubungan individu dengan lingkungan ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. “Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya juga dapat mempengaruhi lingkungan”.[31] Setiap manusia sebagai pribadi tentu berkomunikasi dengan manusia lainya. Dalam proses antar individu itu manusia akan terbawa oleh sikap spontan karena latihan atau pembawaan. Disinilah Islam kemudian memberikan ajaran tegas bagaimana seseorang itu bergaul dengan sesamanya, apakah pada tingkatan emosi ataupun dalam bentuk berperilaku nyata. Pada dasarnya setiap orang diajarkan oleh Allah Swt untuk menolong sesamanya yang memerlukan pertolongan. Islam mengajarkan manusia agar membantu sesama makhluk, bahkan hewan sekalipun bila menderita perlu ditolong. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan sehingga akhirnya menjadi tingkah laku atau kepribadian setiap pribadi manusia. Sifat egois yang mementingkan diri sendiri dan acuh terhadap lingkungan sekitarnya bukan tuntunan Islam. Sesungguhnya situasi interaksi edukatif tidak bisa terlepas dari pengaruh latar belakang kehidupan anak. Untuk itulah pembawaan genetik dan lingkungan anak perlu dibicarakan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi anak sebelum masuk lembaga pendidikan formal. Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia. karena itu mutlak diperlukan. Anak yang baru lahirpun memerlukan pendidikan, bahkan sejak ia dalam kandungan ibu. Pada umumnya sikap dan kepribadian anak ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan, yang dilalui sejak masa kecil. Pendidikan merupakan kebutuhan hidup dan tuntutan kejiwaan. Perkembangan dan kematangan jiwa seseorang anak dipengaruhi oleh faktor pembawaan lingkungan. Lingkungan dapat dijadikan tempat kematangan jiwa seseorang. Bakat berkembang sebagai hasil inreaksi dari faktor yang bersumber dari dalam individu dan dari lingkungannya. Apabila kedua faktor tersebut bersifat saling mendukung maka bakat yang ada akan dapat berkembang secara optimal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi anak berbakat adalah 1. Kemampuan individu yang dibawa sejak lahir. Faktor bawaan akan sangat menentukan sekali pembentukan dan perkembangan bakat seseorang. Pembawaan merupakan faktor pembentuk kemampuan manusia yang pasti. Hal ini berarti bahwa kemampuan yang dimiliki seseorang ditentukan oleh faktor bawaan dan kemampuan tersebut hanya akan dapat berkembang samapai batas-batas tertentu. “Lingkungan tidak akan merubah membentuk manusia melebihi batas kemampuan yang dimiliki manusia. Kemampuan ini diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya melebihi sel-sel khusus”.[32] 2. Minat individu yang bersangkutan Suatu bakat tertentu tidak akan berkembang dengan baik apabila tidak disertai minat yang cukup tinggi terhadap bidang atau hal yang sesuai dengan bakat tersebut. Misalnya sesorang yang memilki bakat yang cukup tinggi terhadap bidang atau hal yang sesuai dengan bakat tersebut. Misalnya seseorang yang memilki bakat cukup tinggi sebagai ahli mesin, apabila ini tidak atau kurang berminat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mesin, maka bakatnya tersebut tidak akan dapat berkembang secara baik. 3. Motivasi yang dimilki Individu Suatu bakat akan menjadi kurang berkembang atau tidak akan menonjol bila kurang disertai oleh adanya motivasi yang cukup tinggi untuk mengaktualisasikannya, karena motivasi berhubungan erat dengan daya juang seseorang untuk mencapai suatu tujuan. “Faktor kepribadian ini juga sangat memegang peranan bagi perkembangan bakat seseorang, misal konsep diri, rasa percaya diri, keuletan atau keteguhan dalam berusaha, kesediaan untuk menerima kritik dan saran demi untuk meraih sukses yang tinggi”.[33] Bakat tertentu akan berkembang dengan baik apabila sudah mendekati atau menginjak masa pekanya. “Suatu hal yang sulit bagi kita adalah dalam menentukan kapankah saatnya pada usia berapakah suatu kemampuan atau bakat tertentu sudah matang untuk dikembangkan atau dilatih, karena untuk masing-masing kemampuan dan untuk setiap orang kematangannya belum tentu atau tidak selalu sama”.[34] Sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya bahwa lingkungan juga memegang peranan yang sangat menentukan berkembangnya suatu bakat. Oleh karena itu, lingkungan dapat berfungsi sebagai perangsang untuk berkembangnya bakat, tetapi dapat juga sebaliknya lingkungan justru menjadi fakor penghambat bagi aktualisasi dan perkembangan bakat yang dimilki seseorang. Lingkungan dalam hal ini dapat dipilih menjadi[35] a. Lingkungan dalam keluarga b. Lingkungan disekitar tempat tinggal c. Lingkungan pendidikan baik yang bersifat formal, informal, pelatihan, kursus dan sebagainya. [26] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta Rineka Cipta, 2003, hal. 56. [28] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak …, hal. 60. [29] Abu Ahmadi, Psikologi Umum.., hal. 60. [30] Abdul Rahman Shaleh, Psikologi...., hal. 260. [32] Abu Ahmadi, Psikologi Umum.., hal. 66 [34] Abdul Rahman Shaleh, Psikologi …, hal. 298.
Adabeberapa teori yang membahas tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bakat, yaitu : A. Teori Nativisme Teori ini ini dikemukakan oleh Schopenhauer, yang menyatakan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor nativus , yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada
TEORI PENDIDIKAN Pendidikan mempunyai peran dan manfaat yang besar dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak. Pendidikan merupakan usaha sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan peserta didik dalam mencapai potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau tercapainya tujuan yang mulia tersebut maka dibutuhkan teori yang menunjukan kepada bentuk azas-azas yang saling berhubungan kepada petunjuk praktis. Dalam dunia pendidikan telah berkembang teori-teori pendidikan yang bertujuan agar generasi masa depan lebih baik daripada generasi-generasi tersebut adalah sebagai berikut A. Empirisme Teori ini dipelopori oleh Jhon Locke,seorang berbangsa Inggris yang lahir tahun 1623 dan meninggal tahun dengan aliran ini ia menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan,keterampilan dan sikap manusia dalam perkembangannya ditentukan oleh pengalaman empiris nyata melalui alat inderanya,baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung. Empirisme barasal dari bahasa Latin,yaitu “empiricus” artinya “pengalaman”.Aliran ini bertentangan dengan paham aliran nativisme,artinya tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi di bawah lahir kata lain bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci,dalam pengertian anak bersih dan tidak membawa itu,aliran ini berpendapat bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan menentukan dalam perkembangan pribadi seseorang terutama pengaruh-pengaruh dari dalam faktor keturunan dianggap tidak ada. Ahli empiris mengatakan bahwa pendidikan dan lingkunganlah yang maha kuasa dan yang menentukan hasil pertumbuhan dan kemajuan. Teori ini disebut juga dengan “tabularasa”,artinya meja berlapis lilin yang belum ada lapisannya,atau dengan kata lain seseorang dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulis,maka pendidiklah yang akan ini menganggap bahwa ketika anak lahir tidak mempunyai bakat,pembawaan atau potensi apa-apa,masih dalam keadaan jiwa yang kosong dan belum terisi sesuatu masih bersih,kosong,tidak ada tulisan atau gambar apa-apa,baik pada kertas atau papan berlapis lilin tersebut ,sehingga mau diisi,diwarnai,digambari atau dibuat apa tergantung dan ditentukan oleh lingkungan yang juga yang terjadi pada perkembangan diri manusia,menurut teori ini sangat tergantung pada lingkungannya,sama sekali tidak ada pembawaan,bakat,potensi yang dapat berkembang pengembangan anak pada pendidikan atau lingkungan berkuasa atas pembentukan anak,ini disebut juga aliran optimisme. Menurut aliran empirisme,mendidik manusia menurut kehendak pendidik dan juga lingkungan yang mempengaruhi tingkah laku ada lima aspek,yaitu 1. Sosiologi,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh hubungan antar individu dalam suatu komunitas sosial. 2. Historis,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh ciri suatu masa atau era dengan segala perkembangan peradabannya. 3. Geografis atau lingkungan alamiah,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh letak wilayah. 4. Kultural,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh kultural suatu masyarakat. 5. Psikologis,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh kondisi kejiwaan. B. Nativisme Aliran nativisme berasal dari kata natus lahir,nativis pembawaan yang ajarannya memandang manusia anak manusia sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi dasar.Pembawaan itu ada yang baik dan ada yang tidak berpengaruh samasekali terhadap perkembangan adalah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap pemikiran Psikologi. Teori nativisme muncul dari filsafat nativisma terlahir yaitu suatu bentuk filsafat yang menyatakan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh faktor pembawaan sejak lahir dan faktor alam yang dipelopori oleh Arthur Schopenheur 1788-1780 seorang filosof Jerman yang berpendapat bahwa “mendidik merupakan membiasakan seseorang menumbuhkan dan membesarkan serta mengembangkan potensi-potensi yang dibawa anak sejak lahir”.Inti ajarannya adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor pembawaan yang berupa ini disebut juga dengan aliran pesimistik,karena pandangannya yang menyatakan bahwa orang yang berbakat tidak baik akan tetap tidak baik,sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi demikian aliran ini berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan seseorang maka tidak akan ada gunanya. Mansur Ali Rajab menyebutkan bahwa ada lima pembawaan yang diwariskan orangtua kepada anaknya,yaitu 1. Pewarisan yang bersifat jasmaniah seperti warna kulit,bentuk tubuh,dll. 2. Pewarisan yang bersifat intelektual seperti kecerdasan dan kebodohan. 3. Pewarisan yang bersifat tingkahlaku. 4. Pewarisan yang bersifat alamiah internal. 5. Pewarisan yang bersifat sosiologis eksternal. Adapun faktor-faktor perkembangan manusia dalam teori nativisme adalah sebagai berikut 1. Faktor genetik,yaitu faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri adalah jika kedua orangtua anak itu seorang yang pandai maka anaknya memiliki pembawaan sebagai seorang yang pandai pula. 2. Faktor kemampuan anak,yaitu faktor yang menjadikan seorang anak dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. 3. Faktor pertumbuhan anak,yaitu faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minat disetiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia akan bersikap energic,aktif dan responsif terhadap kemampuan yang pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mengenal bakat dan kemampuan yang dimiliki. Di dalam teori ini menurut Monad “di dalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”.Sedangkan dalam teori Arthur Schopenhaeur dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir/ dengan teori ini setiap manusia diharapkan 1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki,seorang anak bisa mengoptimalkan bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. 2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi,tantangan zaman yang selalu berkembang dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain,sehingga diharapkan setiap manusia bisa lebih kreatif dan inofatif dalam perkembangan bakat dan minat menjadi manusia yang berkompeten yang bisa bersaing dalam menghadapi tantangan zaman. 3. Mendorong manusia dalam menentukan pilihan Hidup adalah pilihan,dalam hal ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut karena meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya. 4. Mendorong manusia mengenal bakat minat yang dimiliki,semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan bakatnya sehingga bisa lebih optimal. Tokoh lain dari nativisme adalah ahli filsafat dan pendidikan dari ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati diri dalam keadaan sehari-hari sering ditemukan anak mirip orangtuanya secara fisik dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orangtuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan yang baik dan pembawaan karena itu,hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak hal ini sangat jelas bahwa faktor lingkungan tidak ada tidak ada akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi mempunyai pembawaan baik maka dia menjadi orang yang buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah oleh kekuatan luar lingkungan. C. Naturalisme Naturalisme berasal dari bahasa Latin “nature” artinya ini dinamakan juga negativisme yaitu yang meragukan pendidikan untuk berkembang seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang utama aliran ini adalah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik. Teori ini dikemukakan oleh filosof dari bangsa Perancis 1712-1778 berpendapat bahwa “semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta,tapi semua jadi buruk di tangan manusia”,dapat diartikan semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik,tidak ada seorangpun yang lahir mempunyai pembawaan yang tidak baik dan tidak ada seorangpun yang lahir dengan pembawaan yang buruk. Aliran ini ada persamaannya dengan teori nativisme,bahkan kadang-kadang mempunyai perbedaan-perbedaan dalam teori ini mengatakan bahwa sejak lahir anak sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri,baik bakat,minat,kemampuan,sifat,watak dan pembawaan-pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan yang dialami,bukan lingkungan yang yang dibawa anak hanya pembawaan yang baik saja,tidak sama dengan teori nativisme yang meliputi pembawaan baik dan alami pembawaan itu akan berkembang sesuai dengan alamnya sendiri-sendiri secara baik. Menurut Rousseu,jika pendidikan diartikan usaha sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan,mempengaruhi,menyiapkan,menghasilkan apalagi menjadikan anak kearah tertentu,maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadap perkembangan ini sesuai dengan pernyataan Rousseau “pendidikan bukanlah suatu persiapan untuk hidup,melainkan memang hidup itu sendiri”.Pendidikan bukanlah harus mengikuti suatu proses tertentu,melainkan merupakan perkembangan atau pertumbuhan individu yang alami. Oleh karena itu,sebagai pendidik Rousseau mengajukan konsep “ pendidikan alam" yang maksudnya,anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam,yaitu potensi berfikir,berperasaan,berkemauan,berketerampilan,berkembang,mencari dan menemukan sendiri apa yang berbagai bentuk kegiatan dan usaha belajar,anak mengembangkan segala potensi yang dimiliknya. D. Konvergensi Konvergensi berasal dari bahasa Inggris ”convergen”,artinya pertemuan pada satu ini memperbaiki atau mempertemukan dua aliran yang berlawanan di atas,antara nativisme dan ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar bakat,keturunan maupun lingkungan ,keduanya memainkan peranan penting. Aliran konvergensi dipelopori oleh William Stern 1871-1937,ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun perkembangan anak,baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa ada dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu. Pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata,itu adalah hasil konvergensi .Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbahasa ,melalui situasi lingkungannya anak belajar berbahasa,karena itu semua manusia mampu hewan tidak ada pembawaan bahasa dengan kata-kata,karena itu tidak terdapat seekor hewanpun yang dapat berbahasa dengan kata-kata penuh dengan pengertian seperti pada manusia. TEORI PEMBELAJARAN Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok. Dalam intraksi tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran, pembelajaran secara umum didefisinikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional dan lingkungan pengaru dan pengalaman untuk memperole, meningkatkan atau membuat perubahan pengetahuan satu,keterampilan,nilai dan pandangan dunia. Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Teori belajar adalah upaya untuk mengambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,sehinga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawa, pemaksaan ,atau kondisi sementara seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya.[1] Menurut morgan menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang relative tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dengan demikian dapat di ketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang di lakukan manusia dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap , sebagai akibat dari latihan. Selanjutnya menurut Gerow mengemukakan bahwa “learning is demonstrated by areiatively permanent change behavior that occurs as theresult of practice or experience”.[2] Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yangrelatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman –pengalaman. Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan dalam pengertian belajar yaitu perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar, untuk mencapai tujuan tertentu.[3] Bedasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa elemen yang penting mencirikan pengrtian belajar yaitu[4] a. Belajar yaitu suatu perbahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik. b. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman ,untuk dapat di sebut belajar maka perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama. Tingkah laku yang mengalami perubahan karna belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun phisikis. A. Macam Macam Teori Belajar Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori- teori belajar yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme. Teori behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebua proses di mana pelajar aktif membangun atau menbangun ide-ide baru dan konsep. 1. Teori belajar Behaviorisme Teori behavioristik adalah sebuah yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Teori behavioristic dengan model hubungan stimulus-responnya,mendudukkan oraang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan perilaku semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenal hukuman. Menurut teori belajar Skinner akan dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses[5] a. Thorndike Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulu dan respon menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati. b. Watson Menurut Watson belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon berbentuk tingkah laku yang bisa diamati dengan kata lain Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor – faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum. c. Clark Hull Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelamgsungan hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan menempati posisi sentral. d. Edwin Guthrie Mengumumkan bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan respon tertentu, stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng. 2. Teori belajar kognitivisme Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuanyang telah ada .Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner,dan Gagne yaitu menekankan pada aspek pengelolaan organizer yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Ada beberapa teori belajar berbasis kognitivisme yaitu [6] a. Teori Kognitif Gestalt Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang padanan artinya bentuk atau konfigurasi. Dalam dunia psikologi Gestalt dimaknai sebagai kesatuan atau keseluruhan yang bermakna a unified or meanimgful whole. Pandangan Gestalt lebih menekankan kepada perilaku moral. Perilaku molecular bersifat mekanistik- otomatis dan menitikberatkan kepada perilaku dalam bentuk kontraksi .Gagasan pokok dari teori Gestalt yaitu pengelompokan grouping. Pentingnya grouping dijelaskan melalui hukum Gestalt 1 Proximity, kedekatan objek, yang berdekatatan satu sama lain cenderung mengelompok ; 2 Symmetry, simetri, atau similarity, kesamaan, makin mirip suatu objek makin cenderung mereka mengelompokkan ; 3 Good continuation, kesinambungan, objek yang membentuk garis sambung cenderung mengelompok. b. Teori Belajar Medan Kognitif dari Kult Lewin Kult Lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif kognitivefield dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan fisikologi sosial. c. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Ini disebut pula teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan mental, teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap-tahap pekembangan intelektual sejak lahir sampai dewasa. d. Teori Discovery Learning dari Jerome Yaitu imingan dari Polandia yang dibesarkan di New York. Dasar teori bruner adalah ungkapan piaget yang menyatakan bahwa anakr harus beperan secara aktif saat belajar dikelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan discovery learning, siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan timgkat kemajuan berfikir anak. e. Teori Belajar dari Robert M. Gagne Ia menggabungkan ide-ide behaviorisme dan kognitivisme dalam pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. 3. Teori Belajar Konstruktivisme Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir filosofi pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta ,konsep, ataukaidah yang siap untuk diambil dan harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam sebuah situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan lingkungan. Teori adalah seperangkat azaz yang tersususun tentang kejadian – kejadian tertentu dalam dunia dinyatakan oleh McKeachie dalam Grendel. Sedangkan Hamzah menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep produser dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama nya dan dapat dipelajari, dianalisis, dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.[7] Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawa, pemaksaan ,atau kondisi sementara seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya. Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori- teori belajar yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme. Teori behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebua proses di mana pelajar aktif membangun atau menbangun ide-ide baru. [1] Eveline Siregar, dan Hartini Nara, M,Si, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 4 [2] M. Thobroni. Belajar & Pembelajaran Teori dan Praktik, Yogyakarta Ar-Ruzz Media, 2016, Cet. 2, hlm. 26 [3] Ibid., hlm 27 [4] Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, Semarang IKIP Semarang Press, 2001, hlm. 76 [5] Hamzah Uno, Model Pembelajaran, Jakarta Bumi Aksara, 2007, hlm. 7-8 [6] Asri C. Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, 2005, hlm. 22-23 [7] Hamzah Uno, hlm 26
Faktorbawaan atau pembawaan. Penjelasan: Perkembangan seseorang sudah ditentukan pula oleh keadaannya selama di dalam kandungan disebut faktor pembawaan. Faktor pembawaan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasmani dan kecerdasan seseorang. Lihat Foto . Ilustrasi pertumbuhan manusia dari bayi hingga dewasa.
Kita membicarakan hal yang sangat penting dalam psikologi dan sangat erat hubungannya dengan ilmu pendidikan, yaitu suatu pembawaan dan pembawaan ini adalah soal yang sangat tidak mudah dan dengan demikian memerlukan penjelasan, dan uraian yang tidak sedikit. Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan perkembangan manusia tergantung pada pembawaan ataukah lingkungan atau dengan kata lain perkembangan anak muda hingga menjadi dewasa, faktor-faktor yang menentukan itu, kadang-kadang yang dibawa dari keturunan, pembawaan ataukah pengaruh-pengaruh lingkungan ada beberapa Aliran NativismeAliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pendidikan tidak bisa mengubah sifat-sifat pembawaan. Salah satu perbedaan dasar individu adalah latar belakang hereditas masing-masing individu. Hereditas dapat diartikan sebagai pewaris atau pemindah biologis, karakteristik individu dari pihak orang Aliran EmpirismeAliran ini mempunyai pendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa, itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya. Sejak atau oleh pendidik dan pengalamannya sejak kecil, manusia dapat dididik apa saja/kearah yang lebih yang baik maupun kearah yang teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang otomistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi manusia. Teori ini sering disebut dengan “Tabularasa” yang memandang bahwa keturunan itu mempunyai Hukum KonvergensiHukum ini berasal dari ahli psikologi bangsa Jerman bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia, dari duah buah faktor perkembangan dan lingkungan. Kedua hal tersebut itu kita renungkan benar-benar, belum tepatlah kiranya hal itu diperuntukkan bagi perkembangan manusia, hasil dari proses alam, yaitu pembawaan dan lingkungan perkembangan manusia itu bukan hasil belaka dari pembawaannya dan lingkungannya. Manusia itu tidak hanya diperkembangkan tetapi iya memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk. Proses perkembangan manusia tidak hanya oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungannya yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam pekembangannya turut menentukan atau memainkan peranan dan Keturunana. KeturunanKita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebutdiwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Yaitu ada dua syarat v Persamaan sifat atau ciri-ciri, danv Ciri-ciri ini harus menurun melaui sel-sel juga sifat-sifat itu diwarisi dari nenek moyang atau Pembawaan1. Agar lebih jelas lagi pengertian kita tentang keturunan dan bagaimana hubungannya atau adakah perbedaannya antara turunan dengan pembawaan, inilah uraiannya, dapat kita katakan bahwa yng dimaksud dengan pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat atau bakat terkandung dalam sel-benih kiem-cel, yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan aanleg.2. Struktur PembawaanDisamping kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya dari potential ability menjadi actual ability, kita hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan potensi-potensi itu seperti potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik dan lain-lain merupakan struktur pembawaan Di muka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang mencapai yang dibawa anak sejak lahir adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai Pembawaan dan BakatSebenarnya kedua istilah itu – pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umumnya dalam psikologi kita dapti kedua istilah itu sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan aanleg. Untuk menggantikan kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat digunakan sama-sama dengan maksud sama Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunana. Perlu pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan berikut 1. Pembawaan jenis Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk Pembawaan RasDalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai Pembawaan Jenis KelaminSetiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin Pembawaan PerseoranganKecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang sendiri-sendiri individu memiliki pembawaan yang bersifat individual pembawaan perseoranganyang tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan Konstitusi tubuh termasuk didalamnya motorik, seperti sikap badan, sikap berjalan, air muka, gerakan Cara bekerja alat-alat indra ada orang yang lebih menyukai beberapa jenis perangsang tertentu yang mirip dengan kesukaan yang dimilikioleh ayah atau Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan Tipe-tipe perhatian, intelijensi kosien IQ serta tipe-tipe intelijensi. v Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang Tempo dan ritme perkembangan ingat pelajaran psikologi perkembanganLingkungan environmentMacam-macam lingkungan dan bagaimana individu berinteraksi dengan Macam-macam lingkungan Lingkungan environment ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process kita kecuali Sertain lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut 1 Lingkungan alam/luar eksternal or physical environment2 Lingkungan dalam internal environment, dan3 Lingkungan sosial/masyarakat social environmentv Bagaimana Individu Berhubungan Dengan Lingkungan?Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik khas.Dari rumusan /definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam 1 Individu bertentangan dengan lingkungannya,2 Individu menggunakan lingkungannya,3 Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan4 Individu menyesuaikan diri dengan itu senantiasa berusaha untuk “ menyesuaikan diri “ dalam arti luas dengan arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti 1 Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan penyesuaian autoplastis2 Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan diri penyesuaian diri semua yang berkembang dalam diri suatu individu ditentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya dan adapula lebih ditentukan oleh mengatakan bahwa pendidikan tidak bisa mengubah pembawaan. Bila dilihat dari kedua teori yang bertentangan satu dengan yang kesimpulan dapat dikatakan jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun temurun oleh aktifitas atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan tertentu berkembang menjadi ada teori konvergensi yang merupakan teori gabungan baik pembawaan maupun pengalaman lingkungan mempunyai peranan penting di dalam perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor bawaan sejak lahir endogen. Kita membicarakan hal yang sangat penting dalam psikologi dan sangat erat hubungannya dengan ilmu pendidikan, yaitu suatu pembawaan dan pembawaan ini adalah soal yang sangat tidak mudah dan dengan demikian memerlukan penjelasan, dan uraian yang tidak sedikit. Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan perkembangan manusia tergantung pada pembawaan ataukah lingkungan atau dengan kata lain perkembangan anak muda hingga menjadi dewasa, faktor-faktor yang menentukan itu, kadang-kadang yang dibawa dari keturunan, pembawaan ataukah pengaruh-pengaruh lingkungan ada beberapa Aliran NativismeAliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pendidikan tidak bisa mengubah sifat-sifat pembawaan. Salah satu perbedaan dasar individu adalah latar belakang hereditas masing-masing individu. Hereditas dapat diartikan sebagai pewaris atau pemindah biologis, karakteristik individu dari pihak orang Aliran EmpirismeAliran ini mempunyai pendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa, itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya. Sejak atau oleh pendidik dan pengalamannya sejak kecil, manusia dapat dididik apa saja/kearah yang lebih yang baik maupun kearah yang teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang otomistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi manusia. Teori ini sering disebut dengan “Tabularasa” yang memandang bahwa keturunan itu mempunyai Hukum KonvergensiHukum ini berasal dari ahli psikologi bangsa Jerman bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia, dari duah buah faktor perkembangan dan lingkungan. Kedua hal tersebut itu kita renungkan benar-benar, belum tepatlah kiranya hal itu diperuntukkan bagi perkembangan manusia, hasil dari proses alam, yaitu pembawaan dan lingkungan perkembangan manusia itu bukan hasil belaka dari pembawaannya dan lingkungannya. Manusia itu tidak hanya diperkembangkan tetapi iya memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk. Proses perkembangan manusia tidak hanya oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungannya yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam pekembangannya turut menentukan atau memainkan peranan dan Keturunana. KeturunanKita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebutdiwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Yaitu ada dua syarat v Persamaan sifat atau ciri-ciri, danv Ciri-ciri ini harus menurun melaui sel-sel juga sifat-sifat itu diwarisi dari nenek moyang atau Pembawaan1. Agar lebih jelas lagi pengertian kita tentang keturunan dan bagaimana hubungannya atau adakah perbedaannya antara turunan dengan pembawaan, inilah uraiannya, dapat kita katakan bahwa yng dimaksud dengan pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat atau bakat terkandung dalam sel-benih kiem-cel, yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan aanleg.2. Struktur PembawaanDisamping kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya dari potential ability menjadi actual ability, kita hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan potensi-potensi itu seperti potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik dan lain-lain merupakan struktur pembawaan Di muka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang mencapai yang dibawa anak sejak lahir adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai Pembawaan dan BakatSebenarnya kedua istilah itu – pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umumnya dalam psikologi kita dapti kedua istilah itu sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan aanleg. Untuk menggantikan kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat digunakan sama-sama dengan maksud sama Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunana. Perlu pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan berikut 1. Pembawaan jenis Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk Pembawaan RasDalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai Pembawaan Jenis KelaminSetiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin Pembawaan PerseoranganKecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang sendiri-sendiri individu memiliki pembawaan yang bersifat individual pembawaan perseoranganyang tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan Konstitusi tubuh termasuk didalamnya motorik, seperti sikap badan, sikap berjalan, air muka, gerakan Cara bekerja alat-alat indra ada orang yang lebih menyukai beberapa jenis perangsang tertentu yang mirip dengan kesukaan yang dimilikioleh ayah atau Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan Tipe-tipe perhatian, intelijensi kosien IQ serta tipe-tipe intelijensi. v Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang Tempo dan ritme perkembangan ingat pelajaran psikologi perkembanganLingkungan environmentMacam-macam lingkungan dan bagaimana individu berinteraksi dengan Macam-macam lingkungan Lingkungan environment ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process kita kecuali Sertain lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut 1 Lingkungan alam/luar eksternal or physical environment2 Lingkungan dalam internal environment, dan3 Lingkungan sosial/masyarakat social environmentv Bagaimana Individu Berhubungan Dengan Lingkungan?Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik khas.Dari rumusan /definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam 1 Individu bertentangan dengan lingkungannya,2 Individu menggunakan lingkungannya,3 Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan4 Individu menyesuaikan diri dengan itu senantiasa berusaha untuk “ menyesuaikan diri “ dalam arti luas dengan arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti 1 Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan penyesuaian autoplastis2 Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan diri penyesuaian diri semua yang berkembang dalam diri suatu individu ditentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya dan adapula lebih ditentukan oleh mengatakan bahwa pendidikan tidak bisa mengubah pembawaan. Bila dilihat dari kedua teori yang bertentangan satu dengan yang kesimpulan dapat dikatakan jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun temurun oleh aktifitas atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan tertentu berkembang menjadi ada teori konvergensi yang merupakan teori gabungan baik pembawaan maupun pengalaman lingkungan mempunyai peranan penting di dalam perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor bawaan sejak lahir endogen. Read More......
. 270 449 50 142 177 68 117 159
faktor pembawaan yang mempengaruhi ditentukan oleh